26 November 2011

by PUTRA SIAK  |  in KELUARGA DAN WANITA at  Sabtu, November 26, 2011

WANITA DAN KESEHATANYA

“Saya seorang remaja putri (16) yang aktif dengan kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karena itu, saya butuh sehat dalam menjamin kepercayaan diri.

Akhir-akhir ini saya sangat terganggu oleh keputihan yang membuat saya tidak nyaman. Apalagi saya merasa tidak bersih dan perlu mengganti pakaian dalam setiap saya merasa basah, atau saya perlu pakai pembalut wanita yang tipis dan seringkali menggantinya. Pengeluaran saya pun menjadi bertambah.

Saya juga harus meluangkan waktu untuk membuat air rebusan daun sirih, yang kata ibu saya dapat mengobati keputihan ini. Memang saya merasa tertolong setelah menggunakannya beberapa hari, tetapi kemudian keputihan datang lagi. Kadang timbul keinginan minum jamu yang banyak diiklankan, tetapi takut.

Ibu saya bilang bahwa beliau dulu waktu remaja juga suka mengalami hal itu dan kemudian hilang sendiri. Apakah keputihan lumrah terjadi? Saya sering mendengar keputihan merupakan gejala penyakit kanker rahim dan bisa menyebabkan gangguan kesuburan. Benarkah?”

KEPUTIHAN adalah istilah untuk menggambarkan gejala keluarnya cairan dari alat atau organ reproduksi melalui vagina, selain darah.

Dalam dunia kedokteran keadaan itu disebut leukorea atau fluor albus atau white discharge atau vaginal discharge.

Keputihan merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada perempuan yang datang berkonsultasi untuk masalah penyakit kandungan. Sebenarnya, setelah dilakukan pemeriksaan, penderita yang datang dengan keluhan ini tidak semuanya menunjukkan adanya penyakit atau
kelainan. Memang keputihan dapat terjadi pada keadaan normal, tetapi dapat juga merupakan gejala dari suatu kelainan yang harus diobati.

Vagina yang normal selalu berada dalam kondisi lembab dan permukaannya basah oleh cairan/ lendir (selanjutnya disebut: sekret), seperti kondisi mulut yang senantiasa basah oleh liur. Sekret yang diproduksi oleh kelenjar pada leher/mulut rahim (serviks), dinding vagina, dan kelenjar Bartholin di bibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang lepas serta bakteri yang normal berada di dalam vagina, bersifat asam dan berperan penting dalam menjamin fungsi yang optimal dari organ ini.

Sifatnya dapat berubah sesuai dengan perubahan hormon yang terjadi dalam siklus haid. Pada masa pertengahan pertama dari siklus haid, dengan pengaruh hormon estrogen, sekret yang dikeluarkan tipis, bening dan elastis. Setelah ovulasi (pelepasan sel telur) pada pertengahan siklus haid, lendir yang diproduksi dengan pengaruh hormon progesteron berubah karakternya menjadi lendir yang kental, keruh seperti jelly. Melalui pengamatan terhadap sifat sekret yang keluar ini, dapat diketahui kapan terjadinya ovulasi atau masa subur.

Keputihan dapat dikatakan normal bila tanpa gejala dan tanda lain yang menunjukkan kemungkinan adanya kelainan.

Kondisi normal yang dapat menyebabkan sekret keluar berlebihan adalah pada keadaan:

  • Bayi baru lahir hingga berusia kira-kira 10 hari. Hal ini terjadi karena pengaruh hormon estrogen dari ibunya.
  • Masa sekitar menars atau pertama kalinya haid datang. Keadaan ini ditunjang oleh hormon estrogen.
  • Seorang wanita yang mengalami kegairahan seksual. Hal ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada sanggama.
  • Masa di sekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim.
  • Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke daerah vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.
  • Akseptor kontrasepsi pil dan akseptor IUD.
  • Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang menderita penyakit kronik, atau pada wanita yang mengalami stres.

Tanda-tanda abnormal

Biasanya keputihan yang abnormal ditandai adanya sekret yang berbeda dengan menimbulkan gejala lain pada penderita.

Beberapa perubahan yang dapat ditemukan misalnya: bau yang tidak enak, sekret berwarna, keputihan bersemu darah, atau keputihan yang menimbulkan rasa gatal. Adakalanya keputihan terjadi bersama adanya iritasi pada selaput lendir atau kulit di daerah kemaluan sehingga terasa perih atau panas, apalagi bila tersentuh air saat berkemih.

Tampilan keputihan abnormal, antara lain:

  • Sekret berlebihan, putih seperti kepala susu dan menyebabkan bibir kemaluan gatal. Kemungkinan penyebab: Infeksi jamur kandida. Sering terjadi pada kehamilan dan pada pengobatan dengan antibiotik, penderita diabetes mellitus, akseptor pil KB.
  • Sekret berlebihan, warna putih kehijauan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap. Kemungkinan penyebab: Infeksi trikomonas, termasuk penyakit menular seksual, atau mungkin terdapat tampon di dalam vagina yang terlupa dikeluarkan atau ada benda asing didalam vagina.
  • Keputihan disertai nyeri perut bagian bawah atau nyeri panggul belakang dan badan terasa sakit atau meriang. Kemungkinan penyebab: infeksi pada organ di dalam rongga panggul, misalnya infeksi pada saluran telur.
  • Sekret sedikit atau banyak, berupa nanah, rasa sakit dan seperti terbakar saat berkemih, terjadi beberapa waktu setelah hubungan seksual dengan pasangan yang sedang ada keluhan pada kemaluannya. Kemungkinan penyebab: Infeksi pada serviks yang disebabkan penyakit menular seksual, misalnya gonore.
  • Sekret kecoklatan, seperti darah terjadi setelah senggama. Kemungkinan penyebab: Adanya erosi pada mulut rahim (porsio).
  • Sekret bercampur darah, terjadi ditengah siklus haid atau setelah senggama. Kemungkinan penyebab: Adanya polip pada serviks.
  • Sekret bercampur darah, disertai bau yang khas akibat banyaknya sel-sel yang mati. Kemungkinan penyebab: Adanya proses keganasan (kanker) di serviks.

Gangguan kesuburan

Penyebab paling sering dari keputihan abnormal adalah infeksi. Bila diperiksa dengan mikroskop, sekret yang berlebihan akibat infeksi mengandung banyak sel darah putih atau lekosit.

Gangguan Kesuburan banyak terjadi akibat infeksi pada organ reproduksi khususnya saluran telur. Infeksi umumnya terjadi karena penyakit menular seksual (PMS), misalnya infeksi klamidia gonore.

WHO memperkirakan satu dari 20 remaja di dunia terjangkit PMS setiap tahunnya, bahkan di AS 1 dari 8 remaja. Penelitian di Bagian Obstetri Ginekologi RSCM (Sianturi, 1990-1995) mendapatkan data dua persen (usia 11-15 tahun), 12 persen (usia 16-20 tahun) dari 223 remaja terinfeksi di daerah kemaluan (vulvo-vaginitis), mikroorganisme yang tergolong PMS.

Faktor-faktor yang memicu berkembangnya PMS antara lain karena pengetahuan tentang PMS rendah, hubungan seksualnya cenderung lebih dari satu pasangan atau pasangannya punya lebih dari satu mitra seksual, hubungan seksual tidak aman misalnya tidak memakai kondom. Selain itu, karena anatomi organ reproduksinya perempuan lebih mudah tertular PMS dari pria, apalagi remaja yang secara biologik serviksnya belum matang dan lebih mudah kena infeksi.

Kanker serviks merupakan keganasan yang paling sering terjadi pada organ reproduksi. Kanker ini lebih sering terjadi pada wanita usia 35-55 tahun.

Namun demikian, karena risiko terjadinya kanker ini berhubungan dengan usia pertama kali berhubungan seksual, kekerapan berganti pasangan dan adanya infeksi PMS, sementara itu remaja kini lebih dini aktif seksual dan kejadian PMS-nya meningkat, maka kecenderungan usia kejadian kanker ini menjadi lebih dini dari 35 tahun.

Kejadian kanker serviks berkaitan dengan riwayat infeksi HPV (virus Human Papiloma) yang termasuk PMS dan biasanya menampilkan gejala keputihan pula.

Pencegahannya

Pencegahan yang terpenting adalah menghindari terjadinya PMS dengan tidak berhubungan seksual sebelum menikah.

Berikut ini tips pencegahannya:

  • Kebersihan daerah kemaluan perlu diperhatikan. Kebiasaan membersihkan daerah kemaluan setelah buang air kecil atau buang air besar harus benar. Cara cebok yang aman adalah mengalirkan air dari depan ke arah belakang. Demikian pula saat mengeringkannya, bila arah ini salah maka kuman dari daerah anus dapat mencemari sekitar vagina yang lebih sensitif untuk mengalami infeksi.
  • Dalam keadaan haid atau menggunakan pembalut wanita, pakailah celana dalam yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang ke depan.
  • Hati-hati menggunakan kloset duduk umum yang basah.
  • Jangan gunakan handuk bersama orang lain, dan hindari penggunaan pakaian renang basah bergantian.
  • Selain itu keputihan sering terjadi bersamaan dengan reaksi alergi pada daerah kemaluan terhadap bahan sintetis dari pakaian dalam atau pembalut wanita. Sebaiknya gunakan pakaian dalam dari katun.
  • Hindari pula penggunaan celana panjang yang ketat dan tebal seperti jeans terus-menerus, karena dapat mengganggu sirkulasi atau peredaran darah, sehingga menimbulkan sekret berlebihan.
  • Buang air besar yang tidak setiap hari juga merangsang sekresi lendir dari vagina, karena adanya massa berupa kotoran di saluran poros usus yang berada di belakang vagina.
  • Jangan merutinkan penggunaan cairan pencuci (douche) vagina, deodoran vagina, dan menyabuni daerah kemaluan berlebihan sehingga kelembaban daerah tersebut terganggu.

Pertolongan dokter

  • Sesuai gejala-gejala dan tanda-tanda diatas, kepastian diagnosa perlu ditegakkan oleh dokter.

Bila terjadi keputihan yang abnormal, jangan menambah permasalahan dengan menyiramnya dengan air hangat/ panas, digaruk, disabuni dengan menggosok berlebihan.

Bersihkanlah dengan air dingin, pakai pakaian dalam katun yang agak longgar, jangan pakai stocking atau celana ketat.

Pemakaian jamu, berendam dengan air sirih dan lain-lain umumnya hanya mengurangi gejala. Bila ada infeksi jamur, kurangi konsumsi gula dan karbohidrat. Jangan sampai terlambat mencari pertolongan untuk kepastian diagnosa. Dokter akan mewawancarai pasien dan memeriksa daerah kemaluan.

Untuk mengetahui organ reproduksi bagian dalam, biasanya diperlukan pemeriksaan perabaan melalui anus, sehingga tidak mengganggu keutuhan selaput dara. Sekret yang keluar dari lubang vagina diambil dengan kapas lidi (cotton bud) dan diperiksa di laboratorium. Bila remaja putri ini menderita PMS, maka pasangan seksualnya harus diperiksa dan diobati pula.

0 komentar:

Proudly Powered by Blogger.