31 Oktober 2011

PROFILTANAMAN TEH

by PUTRA SIAK  |  in Lingkup Pertanian at  Senin, Oktober 31, 2011

Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
Istilah teh juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal. Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh. Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.
Klasifikasi tanaman teh:
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)
Sub divisi : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)
Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo (bangsa) : Guttiferales (Clusiales)
Familia (suku) : Camelliaceae (Theaceae)
Genus (marga) : Camellia
Spesies (jenis) : Camellia sinensis
Varietas : Assamica


Budidaya Teh
Syarat Tumbuh:
1. Tanah
• Tanah mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4,5 - 5,6
• Jenis tanah yaitu tanah Latosol dan tanah Podzolik
• Tanah yang mempunyai kedalaman efektif (effective depth) dan berstruktur
remah lebih dari 40 cm.

2. Iklim
• Suhu udara berkisar antara 13°C - 25°C
• Cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada siang hari tidak
kurang 70%
• Curah hujan rata-rata sepuluh tahun terakhir menunjukkan bulan kemarau
curah hujannya kurang dari 60 mm
• Jumlah hujan tidak kurang dari 2.000 mm per tahun
• Makin banyak sinar matahari makin cepat pertumbuhan, sepanjang curah
hujan mencukupi

3. Ketinggian Tempat
• Tinggi tempat 800 - 2.000 m dari permukaan laut atau lebih.

Pengolahan teh dan Pengelompokan
Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.
Pengolahan daun teh sering disebut sebagai fermentasi walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.
Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
Teh putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.
Teh hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).
Oolong
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3 hari.
Teh hitam atau teh merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi sesuai standar Orange Pekoe.
Pu-erh
Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh pu-erh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga "matang". Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh "matang" dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh "matang" dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.
Teh kuning
Sebutan untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih lambat.
Kukicha
Teh kualitas rendah dari campuran tangkai daun dan daun teh yang sudah tua hasil pemetikan kedua, dan digongseng di atas wajan.
Genmaicha
Teh hijau bercampur berondong dari beras yang belum disosoh, beraroma harum dan sangat populer di Jepang.
Teh bunga
Teh hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga. Teh bunga yang paling populer adalah teh melati (H¬eung Pín dalam bahasa Kantonis, Hua Chá dalam bahasa Tionghoa) yang merupakan campuran teh hijau atau teh oolong yang dicampur bunga melati. Bunga-bunga lain yang sering dijadikan campuran teh adalah mawar, seroja, leci dan seruni.
Teh juga sering dikaitkan dengan kegunaannya untuk kesehatan. Teh hijau dan teh pu-erh sering digunakan untuk diet. Orang juga sering menghubung-hubungkan teh dengan keseimbangan yin yang. Teh hijau cenderung yin, teh hitam cenderung yang, sedangkan teh oolong dianggap seimbang. Teh pu-erh yang berwarna coklat dianggap mengandung energi yang dan sering dicampur bunga seruni yang memiliki energi yin agar seimbang.
Komposisi
Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit.
PROSPEK TEH
Sebagian besar merek teh yang dijual di pasaran merupakan hasil ramuan ahli teh yang membuat blend yang unik untuk merek tersebut dari berbagai daun teh yang berbeda. Rasa enak dari teh berkualitas tinggi dan berharga mahal biasanya bisa menutupi rasa teh yang berkualitas rendah, sehingga kualitas teh bisa meningkat dan dapat dijual dengan harga yang lebih pantas. Teh hasil ramuan juga menjaga agar rasa teh yang dimiliki merek tertentu tetap stabil sepanjang masa.Teh melati dibuat dengan mencampur kuncup melati yang siap mekar. Sebelum dicampur dengan kuncup melati, daun teh mengalami proses pelembaban agar harum melati dapat menempel pada daun teh.
Teh dikemas menjadi:
Teh celup : Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh, tapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup. Sari Wangi adalah perintis teh celup merek lokal [1] di Indonesia.
Teh seduh (daun teh) : Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan sering dianggap tidak praktis. Saringan teh dipakai agar teh yang mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan dalam kantong teh sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk menyaring daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain.
Teh yang dipres: Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh pu erh dijual dalam bentuk padat dan diambil sedikit demi sedikit sewaktu mau diminum. Teh yang sudah dipres mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa.
Teh stik : Teh dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh.
Teh instan : Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an tapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan atau dicampur susu bubuk.
Prospek Teh Organik
Kecenderungan konsumen akan makanan atau minuman bebas bahan pencemar yang semakin meningkat akan mendongkrak permintaan akan teh organik. Apalagi dalam menghadapi pasar global, produk organik merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi. Produktivitas kebun teh organic diperkirakan akan lebih rendah daripada kebun teh konvensional, sehingga harga pokok per kilogram teh menjadi lebih tinggi. Diperkirakan harga teh organik mencapai 2- 3 kali lipat atau lebih daripada harga teh biasa sehingga budi daya the organik dapat menjadi usaha yang menguntungkan. Penurunan produktivitas budi daya teh organik disebabkan oleh hal-hal berikut:
• Penurunan hara tanah, terutama di areal yang biasa menggunakan pupuk organik.
• Efisiensi pemupukan hanya mencapai 30-65% karena sisanya hanyut terbawa air dalam bentuk nitrat yang menjadi polutan di sepanjang badan air dengan fosfat.
• Pertanian organik bertujuan tidak hanya untuk menghasilkan produk yang bebas bahan pencemar, tetapi juga untuk membuat tanah yang sakit menjadi sehat, produktif, dan lestari.
Negara-negara yang telahmenghasilkan teh organik adalah China, India, Jepang, Sri Lanka, Tanzania, dan Malawi dengan luas total 3.810 ha dan produksi 2.346 ton dengan rata-rata produktivitas 0,67 ton/ha. Laporan terakhir pada International Conference on Organic Tea di India pada tahun 1997 menyebutkan bahwa produktivitas tersebut masih dapat meningkat dengan semakin mantapnya teknik budi daya teh organik. Diperkirakan kebutuhan dunia akan the organic belum dapat dipenuhi oleh negaranegara tersebut. Pada tahun 2000, diperkirakan produk pertanian organik menempati 3-10% dari seluruh pasar bahan makanan di Uni Eropa.
Perkembangan pertanian organik dan juga konsumsi produk organik yang paling maju terjadi di Eropa. Di Australia dan Swiss, pertanian organic menempati lebih dari 10% dari sistem pangan masing-masing. Di Amerika Serikat, perkembangan pertanian organik baru mencapai sekitar 0,2% dari total lahan pertanian, tetapi pasar tumbuh dengan laju lebih dari 20%/tahun, seperti di Perancis, Jepang, dan Singapura. Dari tahun 1992-1997 lahan yang disertifikasi untuk usaha tanaman organik berlipat lebih dari dua kali. Berdasarkan pengamatan Pusat Penelitian Teh dan Kina, banyak kebun teh di Indonesia berpotensi untuk dikembangkan menjadi kebun teh organik, karena penggunaan pestisida minimal, bahkan ada yang sama sekali tidak menggunakan pestisida.
Teh merupakan bahan minuman penyegar yang sudah lama dikenal. Beberapa kandungan senyawa kimia dalam teh dapat memberi kesan warna, rasa, dan aroma yang memuaskan peminumnya. Jadilah teh minuman penyegar yang nikmat. Berbekal kenyataan lama bahwa teh dipakai sebagai obat dan sarana meditasi dalam upacara ritual keagamaan, penelitian dalam dasawarsa terakhir abad 20 ini menunjukkan bukti bahwa teh dapat menjaga kesehatan tubuh manusia.
Sebagai sarana kesehatan kebiasaan minum teh sehari-hari akan lebih bermanfaat daripada dikonsumsi secara insidentil sebagai sarana pengobatan, oleh karena itu, teh lebih cocok diarahkan sebagai minuman fungsional daripada sebagai obat.
Beberapa jenis teh dapat memenuhi persyaratan minuman fungsional dan upaya yang harus ditempuh untuk menjadikan teh sebagai minuman fungsional dipaparkan dalam makalah ini.
Teh Sebagai Minuman Fungsional
Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin , yaitu suatu kerabat tanin terkondensasi yang juga akrab disebut polifenol karena banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Selain itu, teh juga mengandung alkaloid kafein yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa yang menyegarkan. Beberapa vitamin yang dikandung teh di antaranya adalah vitamin P, vitamin C, vitamin B, dan vitamin A yang walaupun diduga keras menurun aktivitasnya akibat pengolahan masih dapat dimanfaatkan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam teh, terutama fluoride yang dapat memperkuat struktur gigi.
Karena kandungan senyawa tersebut, terutama kandungan katekinnya, teh tampaknya dapat disebut minuman fungsional. Beberapa kenyataan yang dibuktikan melalui penelitian antara lain (Oguni, 1996) sebagai berikut.
1. Teh akan meningkatkan sistem pertahanan biologis tubuh terhadap kanker.
2. Teh mencegah timbulnya penyakit, seperti mengendalikan diabetes dan tekanan darah tinggi.
3. Teh membantu penyembuhan penyakit, misalnya mencegah peningkatan kolesterol darah.
4. Teh dapat mengatur gerak fisik tubuh dengan mengaktifkan sistem saraf karena kandungan kafeinnya.
5. Katekin teh merupakan antioksidan yang kuat dan akan menghambat proses penuaan.
Karena kelima fungsi yang harus dipenuhi oleh makanan fungsional ada dalam teh, maka potensi teh menjadi minuman fungsional tampaknya tidak diragukan lagi.
Prospek Teh Indonesia Sebagai Minuman Fungsional
Katekin yang mendominasi ± 20% berat kering teh merupakan substansi utama yang menyebabkan teh memenuhi persyaratan sebagai minuman fungsional. Senyawa ini dikandung lebih banyak pada pucuk tanaman teh ( Camellia sinensis ) varietas assamica dibandingkan varietas sinensis (Yamanishi, 1995). Teh hitam lebih sedikit mengandung katekin daripada teh hijau karena dalam proses pengolahannya sengaja mengoksidasi katekin untuk memperbaiki warna, rasa, dan aromanya.
Karena kondisi tanah dan iklim lingkungannya, hampir 100% tanaman teh di Indonesia adalah C. sinensis varietas assamica . Pucuk teh yang dihasilkan tanaman tersebut 80% diolah menjadi teh hitam, sedangkan sisanya diolah menjadi teh hijau. Teh hitam terutama diproduksi oleh perkebunan besar negara dan sebagian perkebunan besar swasta, sedangkan teh hijau terutama diproduksi oleh pabrik teh swasta yang menerima pasokan bahan baku dari perkebunan teh rakyat. Sebagian perkebunan besar swasta juga memproduksi teh hijau. Hampir seluruh produksi teh hitam Indonesia diekspor dan sebaliknya hampir seluruh teh hijau dikonsumsi di dalam negeri setelah diolah lanjut menjadi teh wangi . Beberapa tahun terakhir teh hijau pun sudah memasuki pasar ekspor.
Dari uraian di atas, tampak bahwa teh hijau Indonesia merupakan produk yang unik karena diolah dari pucuk teh C. sinensis var. assamica . Dibandingkan dengan teh hijau Cina, teh hijau Indonesia berbeda bahan bakunya ( C. sinensis var. sinensis ) tetapi sama dalam proses pengolahannya, yaitu sistem panning (inaktivasi ensim dengan udara panas). Sebaliknya, teh Indonesia sangat berbeda dengan teh hijau Jepang karena berbeda bahan baku maupun pengolahannya (Jepang sistem steaming , yaitu inaktivasi ensim dengan uap panas). Karena keunikannya inilah, maka secara khusus teh hijau Indonesia diduga lebih potensial menjadi minuman fungsional. Bahkan teh hitam Indonesia yang terbuat dari C. sinensis var. assamica memiliki kandungan katekin yang lebih tinggi daripada sencha (teh hijau Jepang).

Tabel 1. Katekin pada beberapa jenis teh Indonesia (Bambang et al. , 1995)
Negara Jenis the Substansi katekin (% b.k.)
Indonesia teh hitam Orthodox 8,24
teh hitam CTC 7,02
teh hijau ekspor 11,60
teh hijau lokal 10,81
teh wangi 9,28
Jepang Sencha 5,06
Cina teh oolong 6,73
teh wangi 7,47
Sri Lanka teh hitam BOP 7,39
Kandungan katekin pada pucuk segar pernah diteliti (Bambang et al ., 1996) dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kadar katekin pucuk teh segar beberapa klon teh di Indonesia
No. Jenis klon Katekin (% b.k.)
1. Gmb 1 14,61
2. Gmb 2 14,16
3. Gmb 3 15,08
4. Gmb 4 13,99
5. Gmb 5 13,30
6. TRI 2024 12,53
7. TRI 2025 13,63
8. Kiara 8 12,69
9. PS 1 13,84
10. Cin 143 12,66
Dari kedua tabel tersebut, dapat diketahui bahwa dari segi bahan baku , pucuk segar tanaman C. sinensis var. assamica teh Indonesia mempunyai peluang besar untuk memasok minuman fungsional.
Rekayasa Produk Minuman Fungsional Teh Kaya Katekin
Dengan melihat potensi bahan baku teh yang ada di Indonesia , peluang Indonesia untuk menghasilkan minuman fungsional teh kaya katekin terbuka luas. Peluang ini sudah mulai dimanfaatkan melalui rekayasa proses pengolahan teh berkatekin tinggi serta rancang bangun prototipe alat pengolahannya (Bambang, 1996; Bambang, et al. 1999, Bambang et al. , 2000). Prinsip dasar rekayasa pengolahan teh berkatekin tinggi adalah proses inaktivasi enzim yang lebih baik dengan uap panas, diikuti dengan proses penggilingan yang kuat dan cepat, dan diakhiri dengan proses pengeringan berkesinambungan yang singkat. Proses demikian diharapkan dapat mempertahankan secara maksimal katekin yang dikandung pucuk teh, walaupun kenampakan teh kering konvensional (bentuk keriting terpelintir) tidak akan dijumpai.
Rekayasa produksi minuman fungsional teh kaya katekin juga dapat dilakukan melalui upaya pemuliaan tanaman dan tindakan agronomis di kebun. Perolehan klon-klon baru kaya katekin dan miskin kafein sangat mendukung keberhasilan program ini, demikian pula beberapa tindakan agronomis yang dapat memacu biosintesis katekin dan menekan produksi kafein.
Faktor-faktor Kunci Percepatan Percepatan Pengembangan Industri Hilir The di Indonesia
Kemajuan industri hilir teh di Indonesia , masih belum seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya kontribusi ekspor produk-produk hilir teh terhadap total volume ekspor teh Indonesia , yaitu hanya mencapai 6,1%. Sebagai perbandingan, Sri Lanka telah mampu mengekspor produk-produk hilir ( packet tea, tea bag , dan instant tea ) mencapai 43,4% dari total volume ekspor (ITC, 2003). Demikian pula India telah mengekspor teh dalam bentuk produk-produk hilir mencapai 34,2% dari total ekspor. Bahkan Sri Lanka dan India telah mengimpor teh curah asal Indonesia untuk dijadikan campuran pada produk-produk hilir teh yang diekspornya.
Di lain pihak, impor produk-produk hilir teh Indonesia selama periode 1997-2002 terus meningkat dengan laju peningkatan sebesar 4,2%/tahun yaitu dari 2.870 ton pada tahun 1997 menjadi 3.526 ton pada tahun 2002 (BPS, 2003). Jenis teh yang meningkat jumlah impornya adalah jenis produk-produk hilir teh yaitu berupa teh hijau kemasan yang meningkat dengan laju peningkatan sebesar 11,8%/tahun dan teh hitam kemasan dengan laju peningkatan sebesar 28,4% / tahun.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan ekspor dan menghambat impor produk-produk hilir teh, diperlukan upaya-upaya pengembangan industri hilir teh. Dalam rangka meningkatkan devisa negara, menjaring nilai tambah, memperkuat struktur ekspor, mengurangi risiko fluktuasi harga komoditas teh curah, dan mencegah penurunan nilai tukar, serta antisipasi terhadap kejenuhan pasar komoditas teh curah di masa mendatang perlu pengembangan industri perkebunan teh ke arah hilir.
Pengembangan agroindustri perkebunan ke arah hilir secara umum memiliki beberapa keunggulan karena efek penggandaannya ( multiplier ) yang relatif besar, efek distribusinya yang relatif baik, komponen impor yang kecil, bertumpu pada sumberdaya yang dapat diperbaharui, pemicu pertumbuhan daerah baru, dan memperkuat struktur ekspor melalui pola diversifikasi.
Efek penggandaan yang besar tercermin dari tingkat keterkaitan yang kuat, baik yang bersifat keterkaitan ke belakang (backward linkage ) maupun keterkaitan ke depan ( forward linkage). Efek distribusi agroindustri yang baik disebabkan sekitar 60% nilai tambah agroindustri adalah dalam bentuk upah. Demikian pula, agroindustri hanya mempunyai komponen impor sekitar 17%.
Peran yang cukup penting lainnya dari agroindustri khususnya agroindustri hilir perkebunan dalam mendukung sektor pertanian adalah dalam upaya mengurangi fluktuasi harga produk primer pertanian dan mencegah penurunan nilai tukar produk pertanian. Fluktuasi harga yang tinggi serta penurunan nilai tukar komoditas primer perkebunan terutama berpangkal dari inelastisnya permintaan dan penawaran komoditas primer perkebunan. Dengan mengolah produk primer perkebunan melalui agroindustri, panawaran dan permintaan produk perkebunan menjadi lebih elastis sehingga diharapkan mengurangi fluktuasi harga dan mencegah penurunan nilai tukar hasil perkebunan.
Output dari pembangunan agroindustri adalah perolehan nilai tambah yang signifikan atas input teknologi yang diberikan. Pengembangan agroindustri yang lebih berorientasi ke arah hilir merupakan strategi yang harus dilaksanakan untuk beberapa jenis komoditas perkebunan, antara lain teh, yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk hilir yang berorientasi ekspor.
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Percepatan Pengembangan Industri Hilir Teh
Dari hasil experts meeting , pada tahap awal telah diidentifikasi tiga puluh empat faktor yang berpengaruh terhadap percepatan pengembangan industri hilir teh. Namun setelah dilakukan seleksi melalui diskusi yang mendalam telah diidentifikasi sepuluh faktor yang berpengaruh terhadap percepatan pengembangan industri hilir teh seperti diperlihatkan pada Tabel 1.
Dari sepuluh faktor tersebut kemudian diidentifikasi faktor-faktor kuncinya yaitu faktor yang memiliki pengaruh sangat kuat ( influence ) dalam percepatan pengembangan industri hilir teh, namun memiliki ketergantungan yang rendah terhadap faktor lainnya atau lebih independent . Penentuan faktor kunci dilakukan dengan menggunakan analisis keterkaitan antar faktor. Hasil analisis keterkaitan antar faktor disajikan pada Gambar 1. Dari gambar tersebut diketahui bahwa dari kesepuluh faktor yang berpengaruh terhadap percepatan pengembangan industri hilir teh, ternyata hanya terdapat empat faktor kunci yaitu (1) Pajak Pertambahan Nilai, (2) insentif investasi; (3) harmonisasi tarif, dan (4) konsistensi dukungan pemerintah , yang merupakan faktor-faktor kunci karena memiliki pengaruh total yang tinggi namun ketergantungannya pada faktor lain yang rendah. Dengan demikian, percepatan pengembangan industri hilir teh di Indonesia betul-betul sangat tergantung pada kebijakan dan political will dari pemerintah Indonesia.
Kondisi Faktor Kunci di Masa Depan dan Skenario yang Paling Mungkin Terjadi
Skenario merupakan gabungan dari beberapa kondisi faktor-faktor kunci di masa depan. Setelah menghilangkan adanya inkompatibilitas yaitu gabungan kondisi faktor-faktor yang tidak mungkin dapat terjadi secara bersama-sama, kemudian dihasilkan enam skenario yang mungkin terjadi di masa depan.
Pemilihan skenario yang paling mungkin terjadi pada masa 5 hingga 10 tahun mendatang dipilih melalui teknik penjumlahan skor dari setiap expert di setiap skenario. Dari jumlah skor tersebut, diketahui bahwa skenario yang paling mungkin terjadi di masa 5 – 10 tahun mendatang adalah skenario 1 (jumlah skor 16) yang disajikan pada Tabel 2, yaitu akan terjadi kondisi (1) PPN akan tetap dipungut seperti sekarang atau tidak ada perubahan terhadap kebijakan PPN ( status quo ), (2) insentif investasi akan diberlakukan, (3) harmonisasi tarif akan diberlakukan, dan (4) konsistensi dukungan dari pemerintah akan sulit ditebak, karena tergantung pada siapa Presidennya dan bagaimana karakter dan kompetensi anggota-anggota kabinetnya, bahkan sampai mengarah pada kondisi inkonsistensi dukungan pemerintah.
Tabel 1. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Percepatan Pengembangan Industri Hilir Teh di Indonesia
No. Faktor Definisi
1. Pajak Pertambahan Nilai PPN yang dikenakan di setiap rantai penyerahan barang mulai dari bahan baku hingga produk-produk hilirnya.
2. Insentif Investasi Keringanan pajak untuk investasi di industri hilir teh di Indonesia
3. Insentif Investasi Pengenaan tarif impor yang berbeda untuk produk hilir dan bahan baku.
4. Konsistensi Dukungan Keberpihakan/prioritas terhadap pengembangan industri hilir dari waktu ke waktu tidak terpengaruh oleh pergantian pemerintahan (kabinet)
5 Efisiensi Biaya Produksi Struktur dan efisiensi biaya produk hilir, minimisasi pungutan
6. Keamanan Investasi Keamanan investasi, termasuk hubungan antara buruh dengan perusahaan
7. Penelitian Pasar Mencakup penyediaan informasi pasar, market intelligence, akses pasar dan upaya promosi..
8. Kualitas Bahan Baku dan Bahan Penolong Mencakup konsistensi dan kontinyuitas mutu bahan baku dan penolong
9. Respon Sosial Tanggapan masyarakat terhdap pembangunan industri hilir dalam bentuk kebutuhan akan biaya sosial dan bina lingkungan
10. Supply Chain Management dan Infrastruktur Membangun jaringan dari produksi hingga distribusi baik manajemen dan infrastruktur dengan pembiayaan swasta dan fasilitasi dari pemerintah dan asosiasi

Beberapa Usulan Kebijakan untuk Percepatan Pengembangan Industri Hilir Teh
Beberapa usulan kebijakan untuk mempercepat pengembangan industri hilir teh di Indonesia, yang merupakan kesimpulan dari hasil expert meeting antara lain adalah sebagai berikut.
1. Penyempurnaan Kebijakan PPN
• Untuk penyempurnaan kebijakan PPN, hendaknya dilakukan kebijakan satu pintu untuk restitusi PPN. Kebijakan satu pintu tersebut dimaksudkan untuk mengurangi biaya dan waktu pengurusan restitusi PPN (maksimum 1 bulan pemrosesan) sehingga tidak begitu menggangu cash flow pelaku industri (produsen, pengolah, pedagang, eksportir). Restitusi PPN hendaknya tidak dikaitkan dengan Pph.
• PPN hendaknya dipungut di lini akhir, yaitu terhadap produk-produk hilir teh yang dikonsumsi di pasar dalam negeri, bukan di setiap rantai penyerahan seperti sekarang ini. Apabila kebijakan ini dapat diberlakukan diperkirakan akan menumbuhkan para pelaku baru agroindustri hilir teh.
• PPN pada industri teh yang kondisinya sedang memburuk, hendaknya direlokasikan kembali ke industri tersebut, dalam bentuk program-program peningkatan daya saing industri teh nasional yang dikelola bersama oleh pemerintah, Asosiasi Teh Indonesia dan Asosiasi Petani Teh Indonesia .


2. Konsistensi Dukungan Pemerintah
Pemerintah hendaknya dapat membangun grand strategy pengembangan industri hilir teh dengan legal aspek yang diterbitkan berupa Keputusan Presiden atau Peraturan Pemerintah dan didukung oleh Peraturan Daerah dalam implementasinya. Dukungan terhadap percepatan pengembangan industri hilir teh tersebut hendaknya secara jelas dituangkan pada PROPENAS. Bahkan perlu disebutkan secara spesifik lagi ke jenis industri hilir teh yang memiliki prospek pasar yang baik dan nilai tambah tinggi. Hal ini sangat diperlukan untuk menjaga konsistensi dukungan walaupun terjadi pergantian pemerintahan. Malaysia merupakan salah satu contoh negara yang memiliki grand strategy pengembangan industri hilir perkebunan yang dituangkan dalam visi “Malaysia 2020”.
3. Pemberlakukan Insentif Investasi
Insentif investasi berupa insentif fiskal hendaknya diberikan kepada para pengusaha yang bermaksud membangun industri hilir baru yang belum berkembang di Indonesia atau yang meningkatkan kapasitas industri hilirnya. Untuk industri baru tersebut, pemerintah hendaknya memberlakukan beberapa instrumen kebijakan antara lain.
• Tax holiday untuk industri baru ( pioneer ) dan pengembangan industri hilir di wilayah tertentu
• Keringanan tarif impor untuk mesin-mesin dan alat-alat terutama untuk industri kecil dan menengah yang produknya dipasarkan untuk pasar ekspor maupun pasar domestik
• Insentif pembebasan Pph berdasarkan jumlah tenaga kerja yang ditampung di industri kecil dan menengah
• Insentif pembebasan pajak iklan.
• Hendaknya pemerintah memberikan kemudahan dalam efisiensi proses perizinan (waktu dan biaya) khususnya dalam pengurusan ijin lokasi, IMB, dan kemudahan lainnya hingga kemudahan dalam memproses analisis dampak lingkungan.
4. Pemberlakuan Harmonisasi Tarif
• Harmonisasi tarif perlu dilakukan pemerintah dengan menerapkan tarif proporsional sesuai kandungan produk dan dengan pengertian yang jelas sesuai dengan klasifikasi produk ( Harmonized System ). Untuk tarif impor, hendaknya pemerintah menerapkan prinsip pengenaan tarif yang lebih besar ke produk-produk hilir teh dibandingkan terhadap produk-produk hulunya (teh curah). Saat ini besarnya tarif impor untuk teh curah sama dengan produk-produk hilir teh yaitu semuanya dikenakan 5%. Usulan dari GAPMMI dan ATI untuk tarif impor produk-produk hilir teh adalah minimal 15%, sedangkan untuk teh curahnya tetap 5%.
• Untuk mengetahui permainan tarif yang dilakukan oleh negara-negara pengimpor, pemerintah perlu memberdayakan aparat (atase) perdagangan di luar negeri.
• Penentuan tarif impor hendaknya dilakukan melalui metode kompromi dengan melibatkan para penentu kebijakan, ilmuwan, pengamat, dan Asosiasi teh serta produk hilir teh yang bersangkutan.

0 komentar:

Proudly Powered by Blogger.